Las Mardalani to Jogjakarta!
Perjalanan kali ini dimulai dari wacana dan ke-random-an kami. Pada awalnya perjalanan ini hampir tidak jadi karena harga tiket yang tidak bersahabat bagi kantong mahasiswa. Namun, ternyata Tuhan itu baik. Setelah searching di Gudeg (Google versi Jogjakarta haha) dapat info tiket ekonomi dari Bandung Jogjakarta. Harga tiketnya adalah 50K, kereta Kahuripan perjalanan malam. Sebenarnya ada tiket kereta lain yaitu kereta Pasundan dengan harga 55K perjalanan pagi. Tiket kami beli pada hari Sabtu malam 12 Juli 2014, dengan keberangkatan pada tanggal 14 Juli 2014 pukul 20.05 dan tiket pulang pada tanggal 17 Juli 2014 juga langsung dibeli.
Kami ada enam orang. Aku sendiri, Dimpos (IF '13), Aldro (MS '13), Daniel (TK '13), Ferdinand (GL '13), Septandry (GD '13) dan Diasdo (GL '13). Kami semua adalah anggota UKSU ITB 2013. Kami menyebut tim ini sebagai Las Mardalani yang artinya senang jalan-jalan *haha. Sebenarnya nama ini plesetan dari nama Laos Mardalan, tim pendaki di UKSU ITB. Perjalanan kami dimulai dari rumah kontrakan kami di daerah Sekeloa. Kami naik angkot Riung-Dago dari depan Unpad sampai ke depan terminal Kiaracondong Bandung. Kami berangkat sekitar jam 5 sore, dan tiba sekitar pukul enam kurang sepuluh. Ternyata kami tiba cukup cepat. Ternyata kereta berangkat tidak tepat waktu, telat sekitar 15 menit. Kami mendapat gerbong pertama di kursi 20 dan 21. Ternyata gerbong pertama sangat tidak nyaman, sangat ribut di dalam, mungkin karena dekat dengan lokomotif. Dan kami duduk di dekat toilet, menambah ketidaknyamanan. Saran untuk membeli tiket kereta, kalau bisa jangan gerbong satu, dan kalo berkelompok ambil tempat duduk ganjil genap, di sebelah kanan 3 seat dan di sebelah kiri 2 seat.
Kereta akhirnya sampai di Stasiun Lempuyangan sekitar jam setengah 6 pagi, sangat melenceng dari jam yang tertera di tiket, yaitu jam 04.41. Setelah tiba di Jogjakarta, kami berusaha menguhubungi teman dan keluarga untuk tempat menginap (kesalahan yang cukup fatal, kami tidak mencari dari awal haha). Jika tidak dapat kami berencana tidur di Gereja atau Mesjid. Syukurnya teman kami bisa mendapatkans sebuah kamar kos yang kebetulan kosong dan pemiliknya mau menyewakannya untuk dua hari. Namun karena hal ini kami membuang waktu kami hampir 3 jam.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan kami ke Borobudur. Kami naik TransJogja menuju terminal Jombor. Kemudian melanjutkan perjalanan ke kompleks Borobudur menggunakan bus antar kota Cemara Tunggal (kalau tidak salah ingat hehe). Perjalanan ke Borobudur sendiri memakan waktu sekitar dua jam dari Jogjakartanya sendiri, kalau dari terminal Jombor hanya sekitar satu jam lebih. Dari terminal umum Borobudur menuju kompleks Borobudurnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, tidak terlalu jauh.
Harga tiket masuk Borobudur adalah 30K. Pemandangan di Borobudur sendiri sangat indah. Untuk masalah candinya aku tidak akan menceritakannya disini, silakan berkunjung ke Borobudur sendiri hehe. Ketika sampai di tingkat tertinggi candi Borobudur dan memandang sekeliling, pemandangannya sangat indah dan menyejukkan. Namun sayangnya kami tidak membawa kamera yang cukup mumpuni untuk mengabadikan pemandangan itu. Untuk melengkapi pengetahuan tentang candi Borobudur jangan lupa kunjungi museum yang berada di kompleks candi Borobudur. Untuk perjalanan ke Borobudur jangan lupa membawa payung, karena kemarin ketika kami kesana, hujan rintik-rintik turun.
Setelah dari Borobudur kami menuju penginapan untuk istirahat. Hal unik terjadi ketika kami makan malam. Kami makan di tempat makan, seperti cafe, tapi lesehan. Kami berpikir makanan disitu cukup ramah dompet, karena kabar yang kami dapat makan di Jogja itu murah, tapi ternyata menguras isi dompet haha.

Setelah dari Prambanan kami melanjutkan perjalanan ke Benteng Vredeburg, namun kami hanya sempat berkeliling sekitar satu jam, tidak bisa menikmati diorama yang disediakan. Kemudian kami berkeliling ke daerah kompleks Keraton, di sekitar Keraton. Rumah atay toko di kompleks Keraton ini tidak diperjualbelikan, turun-temurun digunakan oleh Abdi Dalem Keraton. Kemudian berkunjung ke toko penjual Bakpia dan ke toko pertama kali Kaos Dagadu dibuat. Disitu juga ada kaos yang dilukis, bukan sablon. Malam harinya kami jalan-jalan di Malioboro.
Keesokan harinya, kami mengunjungi (lagi) Benteng Vredeburg dan menikmati diorama yang ada. Setelah itu kami mengunjungi Keraton yang bagian depan. Entah kenapa, mungkin karena udara yang panas dan capek berjalan, sepertinya Keraton kelihatan biasa saja. Setelah itu kami mengunjungi kampus UGM. Pemandangan dari depan UGM sangat indah. Dari tulisan UGM di depan, kelihatan gedung pertemuan yang besar dan di belakangnya gunung Merapi. Kami tidak sempat mengelilingi kampus ini, karena memang kereta kami jam 18.42 dan juga penyewaan sepeda kampus UGM hanya sampai jam empat sore (fyi kami hanya telat 5 menit untuk meminjam hahaha). Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke stasiun Lempuyangan dan kembali ke Bandung. Kereta tetap saja telat, sekitar 15 menit. Kami tiba di bandung pukul 04.20, sangat meleset dari jadwal yang tertera di tiket, yaitu 02.44.
Secara keseluruhan perjalanan kami ke Jogjakarta memuaskan, walaupun belum semua tempat bisa kami kunjungi. Jika berkunjung ke Jogjakarta jangan lupa untuk naik becak dayungnya. Dan kalau bisa jangan terlalu sebentar berkunjung ke Jogjakarta.
Sekian kisah kami, Las Mardalani Jilid 1!
Petualangannya banyak yaa .. tapi fotonya kurang aak
BalasHapus