New Post

Rss

Senin, 26 Mei 2014

Sosialita Anti Sosial

Sosialita Anti Sosial

Apa maksudnya ya? Bukannya sosialita itu orang yang bersosial? Tapi kenapa malah disebut anti sosial? Memang judul tulisan ini cukup aneh, tapi mari coba kita ulas topik ini.

Menurut kamus Merriam-Webster, Socialite is someone who is well-known in fashionable society and is often seen at parties and other social events for wealthy people. Menurut Oxford Dictionary, Socialite is a person who is well known in fashionable society and is fond of social activities and entertainment. Namun sosialita menurut kedua kamus tersebut terlalu luas. Maka sosialita dalam topik ini akan dibatasi dalam sebuah artian, yaitu orang-orang yang sangat aktif di media sosial (baca : twitter, path, instagram, facebook), sering melakukan update entah aktivitas, tempat, maupun tweet/status.

Nah, bukannya mereka sangat aktif dalam kegiatan sosial (baca : hang out, kongkow-kongkow, ngopi) bersama teman-teman mereka? Mengapa jadi anti sosial? Fenomena ini adalah salah satu fenomena yang cukup aneh. Secara sekilas memang kelihatannya sosialita ini mempunyai banyak teman, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Namun ketika mereka berkumpul yang terjadi malahan sedikit komunikasi yang terjadi, semuanya sibuk update media sosial masing-masing, sibuk posting foto dan tag teman-temannya.

Fenomena ini cukup menyedihkan. Pada awalnya media sosial dibuat untuk mendekatkan yang jauh, namun sekarang yang terjadi malahan mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Kita lebih suka melakukan instant messaging melalui media sosial, komunikasi dengan orang yang 'jauh' dari kita dan mengabaikan orang yang dekat, berada di sekitar kita. Kita menjadi lebih tergantung kepada smartphone dan gadget kita, banyak waktu kita tersita untuk menjalin komunikasi di dunia maya, berusaha membangun 'ketenaran' kita diantara teman maya kita, follower kita. Kita hanya melakukan komunikasi sekadarnya dengan teman nyata yang di dekat kita. Bahkan mungkin kita juga lebih butuh pengakuan teman kita di dunia maya, lebih ingin di tag di media sosial, mungkin kita bisa tersinggung jika tidak di tag. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika makan, entah makan siang atau makan malam, kita lebih sering memeriksa smartphone kita untuk melihat notifikasi dari media sosial kita atau grup di instant messaging kita dan mengabaikan sekitar kita. Dan aku sendiri sering mengalami hal seperti ini, entah sebagai 'pelaku' pengabaian atau 'korban' pengabaian.

Mari kita coba renungkan kembali apakah kita menjadi seorang sosialita anti sosial? Tidak ada yang salah menjadi sosialita, selama komunikasi di dunia nyata lebih banyak atau paling tidak sama banyaknya dengan komunikasi di dunia maya. Yang salah adalah ketika kita menjadi anti sosial, lebih memilih dunia maya dan teman-teman di media sosial dibandingkan teman kita yang nyata-nyata ada di dekat kita, yang ada untuk kita.

Mari kita tonton sebuah video renungan dari youtube tentang sosialita anti sosial.




Mari kita mencoba menetapkan prioritas untuk komunikasi teman kita yang dekat, tetap menjaga komunikasi dengan teman yang 'jauh' dan jangan sampai sangat tergantung terhadap smartphone dan gadget kita. Jangan sampai kita kehilangan hal-hal berharga karena kita terlalu tergantung terhadap dunia maya. Be a socializing socialite!

Sabtu, 24 Mei 2014

Tan Malaka Gerilya-Politik-Ekonomi

Tan Malaka Gerilya-Politik-Ekonomi

Buku ini adalah salah satu tulisan dari seorang negarawan kita, yaitu Tan Malaka. Buku ini ditulis di Rumah Penjara Madiun pada 17 Mei 1948. Buku ini merupakan pandangan Tan Malaka terhadap perjanjian Linggarjati yang secara tersirat mengkerdilkan Indonesia.

Buku ini bisa dikatakan adalah buku Art of War versi Indonesia. Buku ini secara spesifik menjelaskan tentang keadaan Indonesia ketika mulai dari proklamasi sampai sebelum perjanjian Linggarjati atau di buku ini disebut 'Musim Jaya Berjuang' dan setelah perjanjian Linggarjati yang disebut sebagai 'Musim Runtuh Berdiplomasi' dan menjelaskan kira-kira bagaimana strategi perang yang baik menghadapi para penjajah (baca : Belanda dan negara imperialis boncengan Belanda) dengan memikirkan kondisi ekonomi, alam, pasukan, persenjataan dan rakyat Indonesia.


Terdapat sifat yang digambarkan oleh Tan Malaka sebagai 'Sang Gerilya'. Tan Malaka menggambarkan Sang Gerilya sebagai putra-putri Indonesia yang taat dan setia kepada Proklamasi dan kemerdekaan 100% dengan menghancurleburkan siapa saja yang memusuhi Proklamasi serta kemerdekaan 100%. Kemerdekaan 100% yang dimaksudkan adalah kemerdekaan baik politik maupun ekonomi, karena ketika itu politik pemerintahan Indonesia memang tidak diganggu oleh penjajah, namun mereka ingin mengambil dan menguasai kembali industri, pertambangan dan transportasi yang pernah didirikan mereka di Indonesia.

Buku ini memang tidak dapat diterapkan untuk masa sekarang dimana 'peperangan' sekarang merupakan 'peperangan' ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, yang dapat diambil dari buku ini adalah perencanaan strategi 'perang' yang sesuai dengan keadaan yang dapat membuat keuntungan paling banyak dan kerugian paling sedikit bagi kita.


SANG GERILYA.

    Ditengah-tengah Masyarakat Rakyat Murba,
    Ikut-serta bekerja di-sawah, kebun, pabrik dan tambang,
    Diwaktu tiada berlatih atau berjuang!
    Berlaku sebagai guru kepada murid,
    Dan sebagai jururawat kepada yang sakit.
    …………………………………….
    Tetapi sekonyong-konyong laksana Kilat-Halilintar
    …………………………………….
    Mengejar halaukan musuh yang tersebar, kesasar!
    …………………………………….
    Langit atap-rumahnya, rumput kasurnya,
    Mortir, mitraliyur karabin bantalnya
    Atau dengan granat dan bambu-runcing,
    Dalam panas hujan dia berbaring ………………..
    …………………………………….
    Sampai musuh hancur atau terpelanting!!!
    Kembali dia ketengah Masyarakat-Rakyat-Murba
    Sebagai Sang Gerilya
    Putera dan Puteri, Tua dan Muda
    Sampai Indonesia-Merdeka!

Selasa, 20 Mei 2014

no image

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Posting kali ini adalah untuk melanjutkan posting sebelumnya Institut Teknologi Bandung, Kampusku. Nah, kali ini aku akan menceritakan tentang Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, salah satu dari dua belas fakultas yang ada di ITB.

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB secara resmi ada di kampus Ganesha pada tanggal 1 Januari 2006, masih tergolong sangat baru. Di STEI sendiri terdapat 5 jurusan yaitu Teknik Informatika (IF), Sistem dan Teknologi Informasi (STI), masuk ke Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF), Teknik Elektro (EL), Teknik Tenaga Listrik (EP) dan Teknik Telekomunikasi (ET).

Minggu, 11 Mei 2014

no image

Institut Teknologi Bandung, Kampusku

Institut Teknologi Bandung, orang biasanya menyebutnya ITB (itebeh). Ya, aku sekarang kuliah di kampus Ganesha. Kampus kebanggaan negeri ini. Kampus dengan mahasiswa-mahasiswi dari penjuru Indonesia. Kampus dengan segala keindahannya dan kesesakannya. Kampus dengan filosofi bangunan yang keren. Kampus sumber ilmu pengetahuan (keren!!!). ITB adalah kawah candradimuka bagi orang-orang di dalamnya.

Jumat, 02 Mei 2014

Hari Pendidikan Nasional

Hari Pendidikan Nasional

Dua Mei adalah hari dimana bangsa kita memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sejarahnya, tanggal 2 Mei adalah tanggal kelahiran Bapak Pendidikan Nasional kita, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Hari Pendidikan Nasional bertujuan untuk memperingati perjuangan Ki Hadjar Dewantara untuk mencerdaskan bangsa ini, menerangi jalan bangsa ini menuju masa depan yang sangat indah, menjadi perintis bagi bangsa ini untuk lepas dari belenggu kebodohan. 

Sebenarnya apakah makna bagi kita ketika memperingati hari Pendidikan Nasional? Apakah hanya sekadar peringatan saja? Ataukah memang ada perenungan akan esensi hari Pendidikan Nasional? Atau hanya sekadar melaksanakan upacara di lapangan, menghormat bendera dan mendengar pidato khusus dari kementerian dalam peringatan hari Pendidikan Nasional?

Copyright © 2012 Here I Am All Right Reserved