New Post

Rss

Sabtu, 01 November 2014

no image

Aku, Senja, Siang

Aku terhenyak
Senja sudah menampakkan wajahnya
Bahkan aku belum berbicara kepada sang siang
Aku belum menceritakan kisahku kepadanya
Namun dia telah beranjak ke peraduan

Aku terhenyak
Sepertinya siang menjauh dariku
Seakan aku ini bukanlah siapa-siapa
Seakan dia telah lupa

Aku hanya mampu menatap senja
Sesaat senja begitu mengagumkan
Senja yang begitu indah
Senja yang begitu sendu
Senja yang mempunyai cerita

Aku tak mampu bertahan
Aku tak mampu menunggu
Apa yang harus kulakukan
Bagaimanakah sepantasnya

Aku tak mau lagi menunggu, oh siang
Aku akan mengejarmu
Aku akan menggapaimu
Walaupun sepertinya itu tak mungkin
Dengan senja yang masih bersamaku

Bandung, 01 November 2014

Jumat, 01 Agustus 2014

Looking for Alaska, John Green

Looking for Alaska, John Green

Buku ini adalah buku kedua yang kubaca dari John Green. Yang pertama adalah The Fault in Our Stars. Entah mengapa, sepertinya dua buku John Green ini berakhir menyedihkan. Di TFIOS, tokoh sang pria (Gus) lah yang meninggal dunia, di Looking for Alaska, tokoh wanita nya lah (Alaska)  yang meniggal dunia. Dan juga di kedua buku ini, tokoh utamanya selalu digambarkan suka membaca buku. Di TFIOS, tokoh wanita, Hazel, suka membaca buku An Imperial Affliction (Peter van Houten), walaupun buku ini tidak ada. Di Looking for Alaska, tokoh pria, Miles Halter suka membaca buku biografi orang-orang terkenal, dan juga mengingat kata-kata terakhir orang tersebut. Dan Alaska sendiri adalah orang yang suka membaca, bahkan di kamar asramanya penuh dengan buku yang dibeli dari Garage Sale. Kategori Looking for Alaska adalah Young-Adult Book. Ceritanya banyak tertulis kata-kata tentang minuman beralkohol, rokok dan sex.

Ada lima tokoh utama dalam novel ini, yaitu Miles 'Pudge' Halter, Alaska Young, Chip 'The Colonel' Martin, Takumi Hikohito dan Lara Buterskaya. Novel ini berjalan dari sudut pandang Miles 'Pudge' Halter. Novel ini dimulai dengan Miles yang masuk ke sebuah boarding school. Ternyata dia satu kamar dengan Chip 'The Colonel'. Dimulailah petualangan mereka. Chip adalah seorang perokok, yang kemudian menularkan kebiasaannya kepada Miles. Mereka bertemu dengan Alaska ketika Colonel ingin membeli rokok dari Alaska. Alaska adalah seorang gadis yang cerdas, walaupun nakal. Dia kehilangan ibunya ketika dia masih kecil. Dia sering menyalahkan dirinya sendiri karena kepe rgian ibunya. Banyak kejadian lucu yang mereka alami bersama. Entah itu merokok di The Smoking Hole dan bahkan minum minuman beralkohol. Mereka menjalani kehidupan asrama mereka dengan kenakalan kecil dan melakukan prank terhadap anak asrama lainnya. Alaska merupakan seorang mak comblang. Dia berusaha mencarikan pacar untuk Pudge. Dia mengenalkan Lara kepada Pudge. dan kemudian kisah kenakalan mereka berlanjut dengan rokok, minuman keras dan prank yang ringan maupun cukup berat.

Setelah mereka berhasil mengeksekusi prank, mereka kemudian merayakannya. Mereka pesta minum di kamar Alaska. Setelah cukup larut dan mabuk, tiba-tiba Alaska ingin pergi ketika dia sedang mabuk. Pudge dan The Colonel membantu Alaska untuk mengalihkan perhatian Eagle supaya Alaska bisa pergi. Mereka sadar dengan kondisi Alaska yang sedang mabuk dan ingin berkendara, tapi entah mengapa mereka tidak melarangnya pergi. Akibatnya Alaska mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya.

Pada awalnya mereka tidak percaya bahwa Alaska telah pergi. Mereka berusaha mencari keberadaan Alaska, mereka berpikir bahwa Alaska sedang membuat sebuah prank. Tapi memang kenyataannya Alaska telah pergi. Menyadari hal itu, mereka berusaha mencari alasan mengapa sebenarnya Alaska tiba-tiba ingin pergi di tengah malam dalam kondisi mabuk berat. Mereka berusaha mencari petunjuk mengapa Alaska ingin pergi. Pencarian akan Alaska hampir membuat persahabatan diantara mereka berempat hampir saja rusak. Namun, akhirnya mereka bersama mencari bukti dan menerka apa sebenarnya apa yang dipikirkan Alaska malam itu.

Novel ini juga menceritakan tentang agama. Disini dibahas bukan tentang perbedaan, namun apa yang menjadi dasar-dasar agama dan bagaimana sebenarnya agama secara aplikatif dalam kehidupan manusia. Dan tentang agama hanya sedikit saja dalam buku ini.

Hal yang dapat diambil dari novel ini adalah pengaruh yang kita berikan terhadap orang-orang sekitar kita. Apa yang akan kita tinggalkan bagi dunia ini ketika kita sudah pergi? Apakah yang baik atau malah yang buruk? Dan satu lagi kita harus bisa menerima kenyataan, jangan memaksakan kehendak. Mungkin ada hal lain, boleh ditambah di komentar untuk didiskusikan.

Aku punya e-Book yang bahasa Inggris dalam format epub dan pdf. Jika mau, silakan comment di bawah.

Kamis, 24 Juli 2014

Gaza dan Indonesia

Gaza dan Indonesia

Kejadian Gaza memang sangat mengiris hati. Dunia, termasuk Indonesia, menyesalkan hal yang dilakukan Israel terhadap Gaza. Dan banyak gerakan-gerakan di Indonesia yang berusaha membantu meringankan penderitaan masyarakat Gaza. Indonesia juga turut membantu dengan mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Hal ini menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang mempunyai sifat penolong dan baik hati, sesuai dengan kepribadian bangsa timur. Kita, melalui segala bantuan yang telah diberikan, mungkin menyelamatkan banyak masyarakat Gaza, mengobati dan meringankan penderitaan mereka.  Namun, pertanyaanku sekarang apakah kita sudah sepantasnya menyelamatkan nyawa bangsa lain, sedang bangsa sendiri sedang sekarat menanggung penderitaan dan hampir mati? 

Simpati memang boleh, tidak ada yang bisa melarang. Tindakan simpati juga bisa berlanjut ke tindakan menolong. Tapi apakah kita akan menyelamatkan orang lain, tapi ternyata kita belum bisa menyelamatkan diri sendiri? Apakah kita, Indonesia, sudah mampu mengurus diri sendiri maka yakin untuk membantu orang lain? Apakah kita sudah memeriksa diri kita sendiri, entah kita itu mampu menjadi penolong atau memang masih menjadi orang yang harus ditolong?

Hal ini menjadi sebuah ironi yang terjadi di bangsa Indonesia. Masih banyak rakyat kita yang menderita, entah itu terbelenggu kemiskinan, pelayanan kesehatan yang buruk di daerah-daerah pedalaman, dan persoalan pendidikan di pedalaman juga (Baca Saking Miskinnya, Nenek Ginem Makan BangkaiGaji Dokter Dibawah Standar Kendala Pelayanan Kesehatan di Pedalaman, Tiap Tahun 11000 Indonesia Orang Meninggal Dunia Akibat Malaria). Masih banyak kesusahan rakyat yang tidak terekspos media dan belum ada penyelesaiannya. Indonesia bukanlah seperti Superman, yang mempunyai kekuatan super untuk menolong orang lain. Ketika masih banyak rakyat menderita, kita berusaha menolong rakyat bangsa lain.

Seharusnya kita menolong bangsa kita dulu, dan kemudian menolong orang lain. Tidak ada salahnya membantu orang lain, setelah kita memang pantas membantu orang lain sesuai dengan kemampuan kita, jangan malah menjadi berlebihan, jangan anggar jago atau sok hebat. Masih banyak rakyat Indonesia membutuhkan pertolongan, seperti gambar di atas, kicauan orang Papua bagi kita bangsa Indonesia. Mungkin kelihatannya lucu, tapi bagaimana sebenarnya kondisi mereka? Aku disini bukan mengkhususkan masyarakat Papua, tetapi karena kebetulan ada meme itu di internet, aku menyatakan ini atas nama masyarakat Indonesia yang masih terbelenggu, yang belum merdeka seratus persen. Dan di tulisan ini aku tidak mendiskreditkan pihak/golongan tertentu.

Hanya sebuah opini yang menyesakkan hati dan pikiran...

Sabtu, 19 Juli 2014

Las Mardalani to Jogjakarta!

Las Mardalani to Jogjakarta!

Perjalanan kali ini dimulai dari wacana dan ke-random-an kami. Pada awalnya perjalanan ini hampir tidak jadi karena harga tiket yang tidak bersahabat bagi kantong mahasiswa. Namun, ternyata Tuhan itu baik. Setelah searching di Gudeg (Google versi Jogjakarta haha) dapat info tiket ekonomi dari Bandung Jogjakarta. Harga tiketnya adalah 50K, kereta Kahuripan perjalanan malam. Sebenarnya ada tiket kereta lain yaitu kereta Pasundan dengan harga 55K perjalanan pagi. Tiket kami beli pada hari Sabtu malam 12 Juli 2014, dengan keberangkatan pada tanggal 14 Juli 2014 pukul 20.05 dan tiket pulang pada tanggal 17 Juli 2014 juga langsung dibeli.

Kami ada enam orang. Aku sendiri, Dimpos (IF '13), Aldro (MS '13), Daniel (TK '13), Ferdinand (GL '13), Septandry (GD '13) dan Diasdo (GL '13). Kami semua adalah anggota UKSU ITB 2013. Kami menyebut tim ini sebagai Las Mardalani yang artinya senang jalan-jalan *haha. Sebenarnya nama ini plesetan dari nama Laos Mardalan, tim pendaki di UKSU ITB. Perjalanan kami dimulai dari rumah kontrakan kami di daerah Sekeloa. Kami naik angkot Riung-Dago dari depan Unpad sampai ke depan terminal Kiaracondong Bandung. Kami berangkat sekitar jam 5 sore, dan tiba sekitar pukul enam kurang sepuluh. Ternyata kami tiba cukup cepat. Ternyata kereta berangkat tidak tepat waktu, telat sekitar 15 menit. Kami mendapat gerbong pertama di kursi 20 dan 21. Ternyata gerbong pertama sangat tidak nyaman, sangat ribut di dalam, mungkin karena dekat dengan lokomotif. Dan kami duduk di dekat toilet, menambah ketidaknyamanan. Saran untuk membeli tiket kereta, kalau bisa jangan gerbong satu, dan kalo berkelompok ambil tempat duduk ganjil genap,  di sebelah kanan 3 seat dan di sebelah kiri 2 seat.

Kereta akhirnya sampai di Stasiun Lempuyangan sekitar jam setengah 6 pagi, sangat melenceng dari jam yang tertera di tiket, yaitu jam 04.41. Setelah tiba di Jogjakarta, kami berusaha menguhubungi teman dan keluarga untuk tempat menginap (kesalahan yang cukup fatal, kami tidak mencari dari awal haha). Jika tidak dapat kami berencana tidur di Gereja atau Mesjid. Syukurnya teman kami bisa mendapatkans sebuah kamar kos yang kebetulan kosong dan pemiliknya mau menyewakannya untuk dua hari. Namun karena hal ini kami membuang waktu kami hampir 3 jam.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan kami ke Borobudur. Kami naik TransJogja menuju terminal Jombor. Kemudian melanjutkan perjalanan ke kompleks Borobudur menggunakan bus antar kota Cemara Tunggal (kalau tidak salah ingat hehe). Perjalanan ke Borobudur sendiri memakan waktu sekitar dua jam dari Jogjakartanya sendiri, kalau dari terminal Jombor hanya sekitar satu jam lebih. Dari terminal umum Borobudur menuju kompleks Borobudurnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, tidak terlalu jauh.

Harga tiket masuk Borobudur adalah 30K. Pemandangan di Borobudur sendiri sangat indah. Untuk masalah candinya aku tidak akan menceritakannya disini, silakan berkunjung ke Borobudur sendiri hehe. Ketika sampai di tingkat tertinggi candi Borobudur dan memandang sekeliling, pemandangannya sangat indah dan menyejukkan. Namun sayangnya kami tidak membawa kamera yang cukup mumpuni untuk mengabadikan pemandangan itu. Untuk melengkapi pengetahuan tentang candi Borobudur jangan lupa kunjungi museum yang berada di kompleks candi Borobudur. Untuk perjalanan ke Borobudur jangan lupa membawa payung, karena kemarin ketika kami kesana, hujan rintik-rintik turun.

Setelah dari Borobudur kami menuju penginapan untuk istirahat. Hal unik terjadi ketika kami makan malam. Kami makan di tempat makan, seperti cafe, tapi lesehan. Kami berpikir makanan disitu cukup ramah dompet, karena kabar yang kami dapat makan di Jogja itu murah, tapi ternyata menguras isi dompet haha.

Keesokan harinya perjalanan kami adalah candi Prambanan. Untuk mencapai candi Prambanan bisa ditempuh hanya dengan menggunakan TransJogja menuju terminal Prambanan. Setelah sampai terminal, bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah kompleks Candi Prambanan. Di kompleks Prambanan sendiri tidak hanya terdapat candi Prambanan namun juga ada candi lain, seperti candi Sewu, candi Plaosan, candi Kalasan, dll. Waktu kami berkunjung kemarin, candi Siva tempat Roro Jonggrang berada sedang ditutup, mungkin sedang pemugaran atau pembersihan. Kompleks candi Prambanan sendiri cukup kering dan panas disarankan bawa air minum dan payung.

Setelah dari Prambanan kami melanjutkan perjalanan ke Benteng Vredeburg, namun kami hanya sempat berkeliling sekitar satu jam, tidak bisa menikmati diorama yang disediakan. Kemudian kami berkeliling ke daerah kompleks Keraton, di sekitar Keraton. Rumah atay toko di kompleks Keraton ini tidak diperjualbelikan, turun-temurun digunakan oleh Abdi Dalem Keraton. Kemudian berkunjung ke toko penjual Bakpia dan ke toko pertama kali Kaos Dagadu dibuat. Disitu juga ada kaos yang dilukis, bukan sablon. Malam harinya kami jalan-jalan di Malioboro.

Keesokan harinya, kami mengunjungi (lagi) Benteng Vredeburg dan menikmati diorama yang ada. Setelah itu kami mengunjungi Keraton yang bagian depan. Entah kenapa, mungkin karena udara yang panas dan capek berjalan, sepertinya Keraton kelihatan biasa saja. Setelah itu kami mengunjungi kampus UGM. Pemandangan dari depan UGM sangat indah. Dari tulisan UGM di depan, kelihatan gedung pertemuan yang besar dan di belakangnya gunung Merapi. Kami tidak sempat mengelilingi kampus ini, karena memang kereta kami jam 18.42 dan juga penyewaan sepeda kampus UGM hanya sampai jam empat sore (fyi kami hanya telat 5 menit untuk meminjam hahaha). Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke stasiun Lempuyangan dan kembali ke Bandung. Kereta tetap saja telat, sekitar 15 menit. Kami tiba di bandung pukul 04.20, sangat meleset dari jadwal yang tertera di tiket, yaitu 02.44.

Secara keseluruhan perjalanan kami ke Jogjakarta memuaskan, walaupun belum semua tempat bisa kami kunjungi. Jika berkunjung ke Jogjakarta jangan lupa untuk naik becak dayungnya. Dan kalau bisa jangan terlalu sebentar berkunjung ke Jogjakarta.

Sekian kisah kami, Las Mardalani Jilid 1!

Jumat, 04 Juli 2014

Catatan Perjalanan dari Cikuray 2821 mdpl

Catatan Perjalanan dari Cikuray 2821 mdpl

Cikuray adalah salah satu gunung yang berada di Jawa Barat, tepatnya di Garut. Ketinggian gunung ini adalah 2821 mdpl. Jalur pendakian Cikuray sendiri disebut jalur lutut ketemu dada, karena memang cukup curam, kemiringannya sekitar 50 - 80 derajat. Bahkan ada yang 90 derajat. Kami ada 9 orang, dan menamai tim kami Las Mardalan Jilid Dua. Kami adalah anggota UKSU ITB. Pendakian ini diwacanakan oleh seorang senior di UKSU setelah pelantikan anggota baru UKSU 2013.


Perjalanan kami dimulai dari sekre UKSU ITB ketika kami melakukan persiapan packing barang-barang ke carrier. Kami berangkat dari kampus sekitar pukul 09.30 menuju terminal Cicaheum. Dari terminal Cicaheum kami naik bus menuju Garut. Ongkosnya sekitar 20K. Cukup kesal menaiki bus ini, karena ngetemnya hampir sama lamanya dengan perjalanan menuju Garut. Perjalanan ke Garut, jika naik bus biasa, sekitar 2 jam. Kami naik bus sekitar jam 10.00, sampai di Garut sekitar pukul 14.30. Nah, sampai di terminal Guntur kami mencari mobil pick up menuju Pemancar. Jika ingin menuju pemancar jangan pernah mau naik angkutan umum, cari mobil pick up. Dan kalau bisa jangan cari mobil pick up di terminal, karena cukup mahal. Ongkos menuju pemancar sekitar 40K-50K. Jalur menuju pemancar adalah dari Cilawu. Sebenarnya terdapat jalur lain yaitu Bayongbong. Dari perkataan supir pick up yang membawa kami, jalur Cilawu menuju puncak sekitar 7 jam, jalur Bayongbong sekitar 2,5 jam. Kami berangkat dari terminal sekitar pukul 15.30 dan sampai di pemancar sekitar jam 5 sore.

Kami memulai pendakian sekitar pukul setengah enam sore. Terdapat 7 pos pendakian sebelum menuju puncak. Pos 6 biasanya dibuat sebagai tempat camping. Pendakian dimulai dari melewati kebun teh, pos 0. Pendakian pada awalnya cukup membuat keringat menetes. Pos 0 menuju pos 1 cukup jauh dan cukup melelahkan, karena memang trek awal sudah cukup curam. Pos 1 menuju pos 2 tidak sejauh perjalanan sebelumnya. Namun, memang keringat masih tetap menetes. Di jalur ini kemudian akan memasuki hutan. Selanjutnya pos 2 menuju pos 3. Perjalanan ini bisa dikatakan merupakan ultimate. Trek pendakiannya sangat curam, cukup banyak jalur super trap, entah itu licin, memanjat cukup tinggi, hati-hati dan awas tertipu dengan jalurnya. Disinilah sering terjadi lutut bertemu dada. Pendakian di antara kedua pos inilah yang terlama. Kemudian dilanjutkan dari pos 3 ke pos 4. Tidak separah trek diantara pos 2 dan pos 3, perjalanan dari pos 3 ke pos 4 cukup cepat. Kemudian dilanjutkan dari pos 4 menuju pos 5. Treknya juga tidak terlalu berat. Dari pos 5 ke pos 6 juga bisa dikatakan tidak terlalu sulit. Overall pendakian hingga pos 6 memakan waktu sekitar 4 jam 45 menit. Kami sampai di pos 6 sekitar jam 22.15. Pendakian yang terbilang cepat. Kami mendirikan tenda dan beres-beres carrier sekitar satu jam. Kemudian dilanjutkan masak dan makan. Sekitar tengah malam kami tidur untuk persiapan Summit Attack ke puncak sejati Cikuray. Syukurnya cuaca ketika kami mendaki cerah, bintang dapat terlihat dengan jelas. Kunang-kunang juga cukup banyak berterbangan.

Kami bersiap dari pos 6 menuju puncak sejati sekitar 20 menit, mulai dari pukul 4. Kami mulai mendaki dan sampai di puncak sejati sekitar pukul 05.20. Angin di puncak sangat kencang, disarankan pakai jaket tebal, syal, dan kupluk. Menurut perkiraan, sunrise di puncak sejati sekitar pukul 05.20, namun ternyata waktu itu masih horison oranye yang kelihatan, masih menuju sunrise/  Pemandangan waktu itu sangat indah, dengan lautan awan dan horison oranye. Penantian sunrise cukup berat karena udara dingin dan angin yang kencang membuat menggigil.

Segala kelelahan pendakian dan dinginnya udara terbayar lunas dengan view sunrise dan lautan awan di puncak. Begitu indah ciptaan Tuhan.


Lautan awan dan horison yang indah


Las Mardalan Jilid Dua bersama Bendera Indonesia dan Bendera UKSU ITB

Sebenarnya masih banyak foto-foto pemandangan yang indah, namun kalau kubagikan semuanya disini,berkunjung ke Cikuray jadi kurang menggigit dong?? Jangan lupa naik ke atas bangunan yang berada di puncak!!!

Sekitar pukul 8 kami turun dari puncak menuju pos 6. Kami turun dari pos 6 ke pemancar sekitar 3 jam. Turun jauh lebih susah daripada naik. Pasang kuda-kuda dengan benar, kuatkan kaki dan punggung, /*hahaha*/. Setelah sampai di pemancar, kami memesan pick up untuk turun ke kota Garut. Ongkosnya 40K, jangan mau lebih terlalu banyak. Sampai di terminal Guntur sekitar pukul 5 sore. Kemudian dilanjut perjalanan pulang ke bandung. Sampai di Bandung sekitar pukul setengah sembilan. Busnya kelamaan ngetem /*emosi*/

Catatan untuk perjalanan ke Cikuray :
Jangan lupa bawa jaket, syal, dan perlengkapan untuk menjaga kehangatan. Bagi yang baru mendaki, disarankan menggunakan sepatu trekking. Siapkan kaus kaki tiga pasang. Jangan lupa tolak angin dan madurasa. Hati-hati handphone dan perangkat elektronik, jangan sampai lembab dan basah. Jangan pernah lupa bawa senter. Jaga kebersihan dan jaga ucapan. Hati-hati tertipu untuk angkutan menuju pemancar. Pernah ada teman-teman UKSU menggunakan angkutan biasa, dan mereka diturunkan di portal, tidak sampai ke pemancar. Jangan lupa beli stiker dan emblem di tempat jualan di pemancar /*keren*/.

Selasa, 24 Juni 2014

Liburan di Kampus!

Liburan di Kampus!

Setelah sekian lama tidak membuka blog, akhirnya aku bisa menulis lagi!

Kabar pertama adalah penjurusan. Hohohoho. Walaupun di-php sama ol akademik itb selama seminggu, hasilnya akhirnya keluar juga, jengjengjeng


Puji Tuhan, aku diterima di Teknik Informatika. Menunggu pengumuman jurusan serasa menunggu pengumuman SBMPTN, dagdigdug tak karuan.

Kabar kedua adalah liburan. Liburan yang cukup panjang ini kuisi dengan mengikuti rangkaian acara PPAB UKSU ITB 2013 dan juga main game hohoho. Hampir tiap malam aku sama teman main game (DotA), bahkan beberapa kali sampai dini hari. Beberapa minggu ke depan juga aku akan mengikuti Sparta, yaitu Osjur dari HMIF. Aku juga mengikuti kepanitiaan OSKM, walaupun tidak pernah hadir haha. Semoga saja bisa jadi panitia OHU (Open House Unit).

Semangat! Semangat! Semangat!

Senin, 26 Mei 2014

Sosialita Anti Sosial

Sosialita Anti Sosial

Apa maksudnya ya? Bukannya sosialita itu orang yang bersosial? Tapi kenapa malah disebut anti sosial? Memang judul tulisan ini cukup aneh, tapi mari coba kita ulas topik ini.

Menurut kamus Merriam-Webster, Socialite is someone who is well-known in fashionable society and is often seen at parties and other social events for wealthy people. Menurut Oxford Dictionary, Socialite is a person who is well known in fashionable society and is fond of social activities and entertainment. Namun sosialita menurut kedua kamus tersebut terlalu luas. Maka sosialita dalam topik ini akan dibatasi dalam sebuah artian, yaitu orang-orang yang sangat aktif di media sosial (baca : twitter, path, instagram, facebook), sering melakukan update entah aktivitas, tempat, maupun tweet/status.

Nah, bukannya mereka sangat aktif dalam kegiatan sosial (baca : hang out, kongkow-kongkow, ngopi) bersama teman-teman mereka? Mengapa jadi anti sosial? Fenomena ini adalah salah satu fenomena yang cukup aneh. Secara sekilas memang kelihatannya sosialita ini mempunyai banyak teman, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Namun ketika mereka berkumpul yang terjadi malahan sedikit komunikasi yang terjadi, semuanya sibuk update media sosial masing-masing, sibuk posting foto dan tag teman-temannya.

Fenomena ini cukup menyedihkan. Pada awalnya media sosial dibuat untuk mendekatkan yang jauh, namun sekarang yang terjadi malahan mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Kita lebih suka melakukan instant messaging melalui media sosial, komunikasi dengan orang yang 'jauh' dari kita dan mengabaikan orang yang dekat, berada di sekitar kita. Kita menjadi lebih tergantung kepada smartphone dan gadget kita, banyak waktu kita tersita untuk menjalin komunikasi di dunia maya, berusaha membangun 'ketenaran' kita diantara teman maya kita, follower kita. Kita hanya melakukan komunikasi sekadarnya dengan teman nyata yang di dekat kita. Bahkan mungkin kita juga lebih butuh pengakuan teman kita di dunia maya, lebih ingin di tag di media sosial, mungkin kita bisa tersinggung jika tidak di tag. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika makan, entah makan siang atau makan malam, kita lebih sering memeriksa smartphone kita untuk melihat notifikasi dari media sosial kita atau grup di instant messaging kita dan mengabaikan sekitar kita. Dan aku sendiri sering mengalami hal seperti ini, entah sebagai 'pelaku' pengabaian atau 'korban' pengabaian.

Mari kita coba renungkan kembali apakah kita menjadi seorang sosialita anti sosial? Tidak ada yang salah menjadi sosialita, selama komunikasi di dunia nyata lebih banyak atau paling tidak sama banyaknya dengan komunikasi di dunia maya. Yang salah adalah ketika kita menjadi anti sosial, lebih memilih dunia maya dan teman-teman di media sosial dibandingkan teman kita yang nyata-nyata ada di dekat kita, yang ada untuk kita.

Mari kita tonton sebuah video renungan dari youtube tentang sosialita anti sosial.




Mari kita mencoba menetapkan prioritas untuk komunikasi teman kita yang dekat, tetap menjaga komunikasi dengan teman yang 'jauh' dan jangan sampai sangat tergantung terhadap smartphone dan gadget kita. Jangan sampai kita kehilangan hal-hal berharga karena kita terlalu tergantung terhadap dunia maya. Be a socializing socialite!

Sabtu, 24 Mei 2014

Tan Malaka Gerilya-Politik-Ekonomi

Tan Malaka Gerilya-Politik-Ekonomi

Buku ini adalah salah satu tulisan dari seorang negarawan kita, yaitu Tan Malaka. Buku ini ditulis di Rumah Penjara Madiun pada 17 Mei 1948. Buku ini merupakan pandangan Tan Malaka terhadap perjanjian Linggarjati yang secara tersirat mengkerdilkan Indonesia.

Buku ini bisa dikatakan adalah buku Art of War versi Indonesia. Buku ini secara spesifik menjelaskan tentang keadaan Indonesia ketika mulai dari proklamasi sampai sebelum perjanjian Linggarjati atau di buku ini disebut 'Musim Jaya Berjuang' dan setelah perjanjian Linggarjati yang disebut sebagai 'Musim Runtuh Berdiplomasi' dan menjelaskan kira-kira bagaimana strategi perang yang baik menghadapi para penjajah (baca : Belanda dan negara imperialis boncengan Belanda) dengan memikirkan kondisi ekonomi, alam, pasukan, persenjataan dan rakyat Indonesia.


Terdapat sifat yang digambarkan oleh Tan Malaka sebagai 'Sang Gerilya'. Tan Malaka menggambarkan Sang Gerilya sebagai putra-putri Indonesia yang taat dan setia kepada Proklamasi dan kemerdekaan 100% dengan menghancurleburkan siapa saja yang memusuhi Proklamasi serta kemerdekaan 100%. Kemerdekaan 100% yang dimaksudkan adalah kemerdekaan baik politik maupun ekonomi, karena ketika itu politik pemerintahan Indonesia memang tidak diganggu oleh penjajah, namun mereka ingin mengambil dan menguasai kembali industri, pertambangan dan transportasi yang pernah didirikan mereka di Indonesia.

Buku ini memang tidak dapat diterapkan untuk masa sekarang dimana 'peperangan' sekarang merupakan 'peperangan' ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, yang dapat diambil dari buku ini adalah perencanaan strategi 'perang' yang sesuai dengan keadaan yang dapat membuat keuntungan paling banyak dan kerugian paling sedikit bagi kita.


SANG GERILYA.

    Ditengah-tengah Masyarakat Rakyat Murba,
    Ikut-serta bekerja di-sawah, kebun, pabrik dan tambang,
    Diwaktu tiada berlatih atau berjuang!
    Berlaku sebagai guru kepada murid,
    Dan sebagai jururawat kepada yang sakit.
    …………………………………….
    Tetapi sekonyong-konyong laksana Kilat-Halilintar
    …………………………………….
    Mengejar halaukan musuh yang tersebar, kesasar!
    …………………………………….
    Langit atap-rumahnya, rumput kasurnya,
    Mortir, mitraliyur karabin bantalnya
    Atau dengan granat dan bambu-runcing,
    Dalam panas hujan dia berbaring ………………..
    …………………………………….
    Sampai musuh hancur atau terpelanting!!!
    Kembali dia ketengah Masyarakat-Rakyat-Murba
    Sebagai Sang Gerilya
    Putera dan Puteri, Tua dan Muda
    Sampai Indonesia-Merdeka!

Selasa, 20 Mei 2014

no image

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Posting kali ini adalah untuk melanjutkan posting sebelumnya Institut Teknologi Bandung, Kampusku. Nah, kali ini aku akan menceritakan tentang Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, salah satu dari dua belas fakultas yang ada di ITB.

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB secara resmi ada di kampus Ganesha pada tanggal 1 Januari 2006, masih tergolong sangat baru. Di STEI sendiri terdapat 5 jurusan yaitu Teknik Informatika (IF), Sistem dan Teknologi Informasi (STI), masuk ke Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF), Teknik Elektro (EL), Teknik Tenaga Listrik (EP) dan Teknik Telekomunikasi (ET).

Minggu, 11 Mei 2014

no image

Institut Teknologi Bandung, Kampusku

Institut Teknologi Bandung, orang biasanya menyebutnya ITB (itebeh). Ya, aku sekarang kuliah di kampus Ganesha. Kampus kebanggaan negeri ini. Kampus dengan mahasiswa-mahasiswi dari penjuru Indonesia. Kampus dengan segala keindahannya dan kesesakannya. Kampus dengan filosofi bangunan yang keren. Kampus sumber ilmu pengetahuan (keren!!!). ITB adalah kawah candradimuka bagi orang-orang di dalamnya.

Jumat, 02 Mei 2014

Hari Pendidikan Nasional

Hari Pendidikan Nasional

Dua Mei adalah hari dimana bangsa kita memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sejarahnya, tanggal 2 Mei adalah tanggal kelahiran Bapak Pendidikan Nasional kita, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Hari Pendidikan Nasional bertujuan untuk memperingati perjuangan Ki Hadjar Dewantara untuk mencerdaskan bangsa ini, menerangi jalan bangsa ini menuju masa depan yang sangat indah, menjadi perintis bagi bangsa ini untuk lepas dari belenggu kebodohan. 

Sebenarnya apakah makna bagi kita ketika memperingati hari Pendidikan Nasional? Apakah hanya sekadar peringatan saja? Ataukah memang ada perenungan akan esensi hari Pendidikan Nasional? Atau hanya sekadar melaksanakan upacara di lapangan, menghormat bendera dan mendengar pidato khusus dari kementerian dalam peringatan hari Pendidikan Nasional?

Minggu, 13 April 2014

no image

Ujian Nasional, Fenomena dan Dilema

Tulisanku kali kutujukan buat elemen-elemen yang terlibat dalam ujian nasional dan terkhusus siswa SMA yang akan mengikuti ujian nasional. 

Nah sebenarnya ujian nasional itu apa sih? Ujian nasional adalah sebuah ujian evaluasi yang diadakan secara nasional dengan kualitas soal yang setara. Ujian evaluasi itu maksudnya apa ya? Ujian evaluasi itu sebenarnya adalah salah satu cara yang dibuat untuk memeriksa dan menilai sistem pendidikan yang ada melalui para siswa. Diharapkan siswa yang ikut dapat lulus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Nah, hasilnya ini nanti bisa dijadikan parameter pengembangan pendidikan kita.

Jumat, 04 April 2014

Satinah, Pemerintah, dan Rakyat Indonesia

Satinah, Pemerintah, dan Rakyat Indonesia

Satinah adalah seorang TKI yang bekerja di Arab Saudi. Menurut situs berita BBC, Satinah divonis hukum mati pada tahun 2010 kemarin karena dituduh membunuh majikannya. Keluarga korban meminta 'uang tebusan' sebesar tujuh juta riyal atau setara dengan 21 milyar rupiah. Pada awalnya pemerintah mencoba bertahan di angka empat juta riyal (dua belas milyar rupiah), namun akhirnya pemerintah 'luluh' akan permintaan keluarga korban. Pemerintah mengalokasikan tiga juta riyal atau sembilan milyar dari APBN untuk 'penebusan' Satinah

Kamis, 27 Maret 2014

Earth Hour!

Earth Hour!

Tahun ini, Earth Hour 'diperingati' pada hari Sabtu, 29 Maret 2014 dengan aksi mematikan listrik dan peralatan elektronik yang tidak digunakan selama satu jam mulai pukul 20.30 sampai 21.30. Nah, sebenarnya Earth Hour ini bukan hanya tentang mematikan peralatan elektronik, namun lebih kepada ajakan gaya hidup yang lebih peduli akan lingkungan sekitar kita. Kita diajak memulai dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, dan berusaha meminimalkan sampah plastik.  Aksi switch off listrik alat elektronik pada Sabtu ini merupakan tindakan kecil yang dilakukan orang banyak yang dapat memberikan efek yang besar bagi lingkungan. Earth Hour juga mengindikasikan bahwa perbuatan kecil yang dilakukan oleh banyak orang sangat berdampak.

Kamis, 20 Maret 2014

no image

Hello World!

Hello World!

Postingan pertamaku berjudul 'Hello World!'. Kata-kata ini entah mengapa sangat-sangat terkenal dalam pemrograman. Ketika pertama kali belajar pemrograman, kata-kata itulah yang diinstruksikan untuk ditampilkan di layar. Bahkan ketika belajar pemrograman fungsional, 'Hello World!' lah yang pertama diajarkan. Nah, karena 'Hello World!' terkenal, aku juga akan buat dia makin terkenal hahaha.

Perkenalkan aku Dimpos Sitorus. Seorang mahasasiswa STEI ITB 2013. Masih di TPB yang indah ini :D dan  berharap masuk jurusan Informatika. Punya hobi membaca buku, dengar musik. Suka pencerdasan bukan pembodohan publik, belajar menjadi orang kritis yang ramah :D. 

Copyright © 2012 Here I Am All Right Reserved